Kamis, 10 Desember 2009

NAZAR PUASA DAN SEDEKAH

Peristiwa nazar puasa dan sedekah keluarga Ali Bin Abu Thalib.

Diriwayatkan bahwa Hasan dan Husain sakit ketika mereka masih kecil. Kemudian Rasulullah saw menjenguk keduanya dengan disertai dua orang laki-laki. Salah seorang dari kedua laki-laki itu berkata, “Wahai Abal Hasan (Sayyidina Alibin Abu Thalib), jika engkau bernazar untuk putramu maka Allah menyembuhkan keduanya.”

Abal Hasan berkata, “Jika mereka berdua sembuh, maka aku akan berpuasa selama tiga hari sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Azza Wa Jalla.” Fathimah as pun mengatakan hal yang sama. Dan kedua anak tersebut pun berkata, “Kami juga akan berpuasa selama tiga hari.” Begitu juga budak perempuan mereka yang bernama Fadhah mengatakan hal yang sama.

Lalu Allah memberikan kesembuhan kepada kedua anak tersebut. Kemudian mereka pun berpuasa untuk menunaikan nazar yang telah mereka ucapkan, namun mereka tidak mempunyai makanan.

Sayyidina Ali pun pergi ke tetangganya, seorang Yahudi yang bernama Syam’un, lalu berkata, “Apakah engkau mempunyai bulu domba yang mau dipintalkan oleh putri Muhammad dengan upah tiga sha’ (takaran) gandum kasar ?” Yahudi itu berkata, “Ya.” Dia pun memberikan bulu domba kepada Ali. Lalu Sayyidina Ali membawa bulu domba dan gandum kasar tersebut ke rumah, dan memberitahukan Fathimah akan hal itu.

Sayyidah Fathimah as menerima dan mentaati apa yang dikatakan Sayyidina Ali as kepadanya. Fathimah memintal sepertiga bulu domba, lalu dia mendapatkan satu sha’ dari gandum kasar tersebut. Dia menggilingnya dan menjadikannya menjadi lima potong roti, di mana tiap-tiap orang mendapat satu potong roti.

Sayyidina Ali as salat Magrib bersama Rasulullah. Usai salat, dia datang ke rumahnya dan menyiapkan makanan. Kemudian kelima orang tersebut duduk bersama-sama.

Ketika Sayyidina Ali hendak mengunyah roti, tiba-tiba seorang miskin berdiri di pintu rumahnya dan berkata, “Assalamu’alaikum wahai Ahlulbait Nabi. Aku seorang Muslim yang miskin. Berilah aku makanan dari makanan yang kamu makan. Semoga Allah memberikanmu makanan dari makanan surga.”

Mendengar itu, Sayyidina Ali as pun buru-buru melepaskan potongan roti dari tangannya, begitu juga seluruh keluarganya. Mereka tidak jadi berbuka dengan roti itu. Mereka memilih berbuka hanya air putih.

Fathimah as segera mengumpulkan makanan yang ada di meja makan dan memberikannya kepada orang miskin tersebut. Mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokannya, mereka mengerjakan puasa hari kedua.

Sayidah Fathimah as mengambil satu sha’ gandum kasar dan memasaknya menjadi lima potong roti, tiap-tiap orang mendapat satu potong roti-setelah sebelumnya dia memintal sepertiga kedua dari bulu domba.

Seperti biasanya, Sayyidina Ali as melaksanakan salat Magrib bersama Rasulullah. Setelah salat, Sayyidina Ali kembali ke rumah.

Tatkala Sayyidina Ali as menyiapkan meja makan, dan mereka semuanya duduk untuk berbuka, tiba-tiba seorang anak yatim mengetuk pintu dan berkata, “Assalamu’alaikum wahai Ahlul-bayt Nabi, saya adalah seorang anak yatim Muslim. Berilah aku makanan dari makanan yang kamu makan. Semoga Allah memberikanmu makanan dari surga.”

Mereka pun tidak jadi berbuka dan memberikan makanan mereka untuk anak yatim tersebut. Malam itu mereka kembali tidur dalam keadaan lapar.

Keesokannya, mereka pun berpuasa pada hari ke-3. Sayyidah Fathimah memintal sepertiga akhir dari bulu domba. Setelah itu, dia mengambil satu sha’ terakhir dari gandum dan memasaknya menjadi 5 potong roti.

Tatkala malam tiba, Sayidah Fathimah menghidangkan roti tersebut kepada keluarganya yang berpuasa. Namun lagi-lagi datang seorang tawanan dalam meminta makanan dari mereka. Mereka pun memberikan roti-roti mereka kepada tawanan tersebut. Untuk ketiga kalinya, mereka tidur dalam keadaan lapar.

Esok harinya, Sayyidina Ali bersama Hasan dan Husain pergi menemui Rasulullah saw. Tubuh Hasan dan Husain kecil tampak gemetar, karena menahan rasa lapar.

Ketika melihat keadaan mereka, Rasulullah saw berkata, “Wahai Abal Hasan, betapa aku prihatin terhadap keadaanmu. Marilah kita pergi menengok putriku, Fathimah.”

Mereka pun pergi menengok Fathimah, yang ketika itu sedang berada di mihrabnya, sementara perutnya sedemikian tipis karena sangat laparnya dan matanya sangatlah sayu.

Ketika melihatnya, Rasulullah pun segera memeluknya. Maka Jibril pun turun dan berkata, “Wahai Muhammad, ambillah apa yang telah Allah siapkan untukmu pada Ahlul Baitmu.” Rasulullah saw bertanya, “Apa itu wahai Jibril ?” Jibril berkata, “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al-Insan ayat 1) hingga ayat yang berbunyi, “Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri.” (QS. Al-Insan : 22) *]

Apabila cinta seperti ini dilakukan oleh seorang pria maka hakikatnya ia telah bersikap dan bertindak sebagai ayah atau bapak dari orang lain atau bapak manusia.

Contoh yang paling bersejarah dan faktual dari hal ini adalah sikap dan tindakan dari putra Sayyidah Fathimah, Imam Husein bin Sayyidina Alibin Abi Thalib as.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

QS:76 AL-INSAAN ( AYAT: 1 – 22 )

76:1. Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

76:2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

76:3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

76:4. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.

76:5. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.

76:6. (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.

76:7. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

76:8. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.

76:9. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.

76:10. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.

76:11. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.

76:12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera,

76:13. di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.

76:14. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.

76:15. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,

76:16. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya.

76:17. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.

76:18. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.

76:19. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.

76:20. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.

76:21. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.

76:22. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).

SEDEKAH 6 DIRHAM

Kisah Ali bin Abi Thalib

Sepulang dari rumah Rasulullah saw, Imam Ali bin Abi Thalib menemui istrinya, Fatimah az-Zahra.

"Wahai wanita mulia, apakah engkau mempunyai makanan untuk suamimu?"

"Demi Alloh, aku tidak mempunyai sesuatu," Jawab Fatimah. "Ini hanya ada 6 dirham dari Salman ketika aku memintal. Akan aku belikan makanan untuk Hasan dan Husain." Biar aku saja yang beli. Mana uang itu?.Lanjut Ali

Fatimah segera menyerahkan uang 6 dirham kepada Ali. Sesaat kemudian Ali pergi kembali untuk membeli makanan. Di tengah jalan, Ali bertemu seorang laki-laki yang mengatakan,"Siapa yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan selalu menepati janji?"

Tanpa berpikir panjang, Ali menyerahkan uangnya yang 6 dirham kepada laki-laki itu. Lalu ia pulang dengan tangan hampa. Fatimah yang mengetahui kehadirannya, hanya menangis.

"Wahai wanita mulia, mengapa engkau menangis?

"Wahai suamiku, engkau pulang tanpa membawa sesuatu?

"Wanita mulia, aku telah meminjamkannya kepada Alloh."

"Kalau begitu, sungguh aku mendukung perbuatanmu," jawab Fatimah lirih

Ali kemudian keluar rumah lagi, berniat menemui Rosululloh saw. Di tengah jalan, ia dihampiri oleh seorang Badui yang menuntun seekor unta.

"Hai Aba al Hasan,"sapa Badui itu. "Belilah unta ini."

"Aku tidak punya uang."jawab Ali

"Engkau bisa membayarnya kapan saja." jawab Badui itu

"Berapa? tanya Ali berminat.

"Tidak mahal, 100 dirham." kata Badui semangat

"baiklah. aku beli." kata Ali yang kemudian melanjutkan perjalannya sambil menuntun unta itu. Baru beberapa langkah ia berjalan kaki, seorang Badui lain menghampirinya.

"Hai Abu Hasan,"tegur Badui itu,"apakah unta ini akan engkau jual?"

"Ya." jawab Ali

"Berapa?

"300 dirham." kata Ali dengan penuh semangat

"Baiklah aku beli," jawab Badui itu. Sesaat kemudian Badui itu mengambil alih tali unta dan membayarnya kontan 300 dirham.

Selanjutnya Ali segera pulang mengabarkan peristiwa yang baru dialaminya itu kepada Fatimah.'"Apakah yang engkau bawa itu, wahai Abu Hasan? sambut Fatimah.

"Wahai putri Rasul, kubayar unta dengan membayarkan lain waktu seharga 100 dirham. lalu kujual unta itu 300 dirham kontan."

"Aku setuju."komentar Fatimah. Selanjutnya Ali segera menemui Nabi Muhammad saw. Melihat Ali memasuki masjid, Rosululloh saw tersenyum.

"Hai Abu Hasan, kau yang bercerita atau aku yang bercerita?

"Engkau saja yang bercerita, wahai Rosulullah."

"Hai,Abu Hasan , tahukah engkau siapa Badui yang menjual unta dan Badui yang membeli unta?"

"Tidak," Ali menggeleng,"Alloh dan Rasulnya lebih tahu."jawab Rosul

"Berbahagialah kamu. Kamu telah meminjamkan 6 dirham kepada Alloh. Alloh memberimu 300 dirham. Tiap 1 dirham mendapatkan ganti 5 dirham," papar Rasulullah saw. "Badui yang pertama menemuimu itu Jibril, dan yang kedua itu Mikail."

"Subhanalloh." lanjut Ali bin Ali Thalib. Dia tidak menyangka kalau Badui-Badui yang meminjam 6 dirham dengan baju seadanya adalah malaikat dan Badui kedua yang baik hati adalah malaikat juga.

Taubatnya Nabi Adam AS

• تَابَ : bermakna kembali, atau tobat, akan tetapi dalam bahasa arab kalimat تَابَ apabila disertai dengan على maka bermakana : sifat Allah (menerima taubat), apabila disertai dengan إلى bermakana : sifat manusia (bertobat).
• التواب : kata ini juga masih berhubungan dengan makana taubat, akan tetapi ini bisa disifati kepada manusia, yang berarti banyak taubatnya, juga bisa disifati untuk Allah yang berarti : yang maha menerima taubat.
• هبط : bermakna turun, akantetapi mengandung makna paksaan dan tidak mulya, berbeda dengan kalimat نزل yang sama bermakna turun akantetapi biasa disebut kepada sesuatu yang mulya seperti Alquran, Malaikat dll.


Ayat yang telah lalu telah menceritakan kepada kita secara historis tentang kronologis awal penciptaan nabi Adam dan Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai aplikasi dari rasa taat kepada Allah SWT, maka tampaklah antara makhluk yang mengabdi secara utuh dan yang tak sempurna pengabdiannya disebabkan oleh ego kesombongan.
Tinggallah Adam disurga bersama istrinya, akantetapi Iblis tidak ada hentinya berusaha untuk mengeluarkan Adam dari Sorga hingga Akhirnya Nabi Adampun diturunkan dari Surga ke mukabumi ini.
Pembahasan kali ini akan memfokuskan dua poin penting dari kandungan ayat ini yaitu taubatnya nabi Adam dan diturunkannya dari Sorga.



• Ayat 37 : TAUBATNYA NABI ADAM AS

Bapak kita Adam AS ketika tinggal surga dibebaskan oleh Allah SWT untuk menikmati apa yang ada di sana, akantetapi Allah melarang satu buah yang dinamai buah khuldi , setelah syaitan menggoda nabi Adam lewat Hawa maka nabi Adam memakan buah itu dan diturunkanlah dari sorganya Allah SWT.

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, ini adalah tuntunan dari Allah tata cara bertaubat bagi Adam, adapun kalimat yang diterima oleh Adam dari Allah SWT sebagai cara bertaubat adalah sebagai berikut :
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Selain itu, diriwayatkan bahwa nabi Adam juga di diajarkan manasik haji (tuntunan ibadah haji), dalam riwayat lain kalimat yang diterima oleh nabi Adam ketika Allah menyuruhnya untuk turun ke bumi adalah permohonan dari nabi Adam jika ia taubat, maka Allah menjawab : "maka saya akan kembalikan kamu ke sorga".
Nabi Adam diriwayatkan ketika beliau bertobat menangis selama 200 Tahun, tidak makan dan minum 40 hari, dan tidak mendekati Hawa 100 Tahun, sampai beliau thawaf di ka'bah dan menerima kalimat diatas.

Ayat ini juga mengandung hikmah akan diterimanya taubat hambanya karena sifat Allah (yang maha menerima taubat), sebesar apapun dosa hambanya, sebagaimana yang di janjikan oleh baginda rasul SAW. Rasulullah bersabda : التائب من الذنب كمن لا ذنب له (orang yang bertobat dari dosanya bagaikan orang yang tidak berdosa).
Syarat taubat adalah : merasa menyesal dan bertekad untuk tidak kembali lagi kepada maksiat yang telah lalu, jika kurang dari salah satu syarat diatas maka belum bisa dibilang taubat yang sempurna.

Timbulah pertanyaan, jika nabi adam berdosa bukankah para nabi ma'shum (terpelihara dari dosa) ? jawabnya adalah : ketika nabi Adam tinggal di sorga belum di angkat menjadi nabi, dan diangkatnya nabi adam menjadi nabi setelah diturunkannya kebumi, bagaimana bisa menjadi nabi jika tidak memiliki ummat dan tanggung jawab (takalif, sprt sholat dll).

Lalu apakah yang membedakan dosa Adam dan Iblis? Adam setelah berdosa mengakui kesalahannya dan bertobat akantetapi Iblis tidak mengakui bahkan membantah perintah Allah karena kesombongannya, itulah yang menyebabkannya kekal dineraka dan tidak akan pernah masuk surga . Oleh karna itu jika kita memiliki kesalahan segeralah kembali kepada Allah pasti Allah akan mengampuninya, dan sangatlah salah dan beda orang yang membangkang kepada Allah dikarenakan melecehkan perintahnya, seperti kenapa harus sholat? Kenapa harus zakat itukan hartaku ! dsb..

Dikisahkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar RA, bahwasanya ada seorang pencuri yang akan dihukum potong tangan, lalu datanglah orang tua si pencuri dan meminta maaf bahwa ini adalah pertama kalinya anaknya mencuri, lalu umarpun menjawab : "Allah mengampuni kepada hambanya yang mencuri pertama kali, pasti dahulu dia pernah mencuri " . ini satu pelajaran yang penting jika Allah ingin menampakan kesalahan seseorang kepada hambanya yang lain, pastinya hamba itu sudah melakukan kesalahan itu berkali-kali, karna bisanya dalam dosa pertama Allah menyembunyikan kesalahan hambanya akantetapi jika sudah berkali-kali Allah akan tampakan kepada orang lain, seperti contoh koruptor, biasanya jika dia tertangkap sebelumnya sudah pernah korupsi dll.

Adapun sifat Allah التواب (Attawwab) yang berarti sang menerima taubat, karena kapanpun hambanya bertobat dari dosa apapun sebelum nafas ditenggorokan, Allah berjanji akan mengabulkan taubat hambanya, banyak sekali kunci maaf dari Allah SWT untuk para ummat nabi Muhammad SAW, kalau ummat terdahulu jika berdosa harus membunuh dirinya baru bisa diterima, sedangkan ummat nabi diberikan berbagaimacam jalan menuju Ampunan Ilahi, diantaranya :
1. Rasul bersabda : "jika kalian berdosa (banyaknya) sampai setinggi langit, kemudian kalian tobat maka Allah akan menerima taubat kalian".
2. Rasul bersabda : " barangsiapa setelah selesai shalat beratsbih 33x bertahmid 33x bertakbir 33x dan membaca :
لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maka niscaya Allah akan mengampuni kesalahannya walupun sebanyak buih di lautan".
3. Rasul bersabda : " barangsiapa yang ketika naik kekasurnya (untuk tidur),dan membaca :
لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير
لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر
Maka Allah akan mengampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan".


• Ayat 38-39 : TURUNNYA DARI SORGA

Di ayat sebelumnya telah dikisahkan tentang turunnya nabi Adam dari surga, lalu apa maksud pengulangan kembali cerita diturunkannya Adam dari Sorga ? jawabanya adalah : ayat yang terdahulu menceritakan turunnya nabi adam dari surga ke langit bumi, adapun ayat ini mengkisahkan turunnya nabi Adam dari langit bumi ke muka bumi .

Kronologi historis :

Dikisahkan oleh Ibnu Jauzy : Nabi adam diturunkan dari surganya Allah SWT kemuka bumi, dikarenakan kesalahan yang dilakukan oleh nabi Adam yaitu memakan buah khuldi. Iblis yang selalu berusaha untuk mengeluarkan nabi Adam dan Hawa dari Sorga dan berjanji akan mengganggu anak keturunan Adam agar bersamanya di neraka.

Karena pelanggaran itu turunlah Adam, Hawa dan iblis ke muka bumi ini, tidak memakai sehelai benangpun untuk menutupi tubuhnya maka Allah memerintahkannya untuk menyembelih domba dan memakai kulit domba untuk baju.

Adapun nabi Adam diturunkan di dataran India (Srilangka) , Hawa di Jeddah (Saudi Arabia), dan Iblis di tepi lautan (Ubulah).

Nabi adam turun dari Sorga membawa beberapa buahan yang sekarang ada di bumi, juga Hajar Aswad dan Tongkat nabi Musa.

Nabi Adam yang diturunkan di Srilangkapun mencari Hawa, dan berjumpa di Muzdalifah, itulah salah satu tempat manasik ibadah haji, lalu nabi Adam pergi ke syam dan meninggal di Makkah tepatnya dekat ka'bah yaitu Jabal Kubais.

Adapun hikmah yang dapat kita petik dari untaian ayat ini adalah :
1. Dalam perintah turun bermakna banyak اهبطوا yang berarti turunlah kalian semua, padahal yang di sorga hanya Adam dan hawa? Para ulama menjelaskan bahwa kita semua termasuk dalam perintah ini karena kita termasuk anak cucu Adam.
2. " maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" makananya adalah jika kita mengikuti peraturan syariat agama Allah maka kita tidak akan taku, contohnya : jika ada seorang yang korupsi pasti dia takut akan ketahuan, jika suami selingkuh pasti dia takut ketahuan oleh istrinya, karena itu menyelahi kode etik ajaran agama kita.
Lain halanya hamaba Allah yang bertaqwa, dia tidak akan merasa resah dan takut.
3. Ayat ini juga menggambarkan bahwa setelah nabi Adam diturunkan maka anak cucunya akan terbagi menjadi dua : yang pertama : yang mengikuti petunjuknya maka tidak akan sedih dantaku, kedua : yang kafir akan ajaranNya maka akan kekal di neraka.

Demikaianlah paparan singkat dari tafsir surat Albaqoroh dari ayat 37 sampai 39, mudahmudahan kiranya dapat menambah wawasan pemahaman kita akan kitab suci Agama kita Al-Quran.

Oleh : Auza'i Mahfudz Asirun *Pemakalah adalah mahasiswa The Holy Quran And Islamic Sciences, program S2, dihimpun dari berbagai referensi Tafsir Klasik dan Kontemporer.
http://aznaku.blogspot.com, dapat di copy di www.auzai.co.cc.

=======================================================
http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/07/15/surat-al-baqarah-37

Nabi Adam (as) bertawassul dengan hak Rasulullah saw dan Ahlul bait (sa).

Allah swt berfirman:
فتلقى آدم من ربه كلمات فتاب عليه
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya,”

Jalaluddin As-Suyuthi dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur ketika menafsirkan ayat ini, mengatakan: Ibn Abbas pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang “Kalimat-kalimat yang diterima oleh Adam dari Tuhannya lalu Dia menerima taubatnya”.
Rasulullah saw bersabda: “Adam memohon kepada Allah dengan hak Muhammad, Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein (sa), kemudian Allah menerima taubatnya.” (Kanzul Ummal 1: 234).

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang firman Allah “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya “(Al-Baqara: 36). Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah menurunkan Adam di India, Hawa’ di Jeddah, Iblis di Misan, dan ular di Ashbahan, ular itu berkaki seperti kaki onta. Adam tinggal di India selama seratus tahun menangisi kesalahannya sehingga Allah mengutus Jibril kepadanya dan berfirman: “Wahai Adam, bukankah Aku menciptakanmu dengan tangan-Ku? Bukankah Aku meniupkan ruh-Ku ke dalam dirimu? Bukankah para malaikat-Ku telah sujud kepadamu? Bukankah Aku telah menjadikan Hawa sebagai isterimu? Adam menjawab: Semua itu benar. Kemudian Allah swt bertanya: Mengapa kamu menangis? Adam menjawab: Bagaimana aku tidak menangis sementara aku dikeluarkan dari sisi Yang Maha Pengasih.

Kemudian Allah swt berfirman: “Hendaknya kamu bertaubat dengan kalimat-kalimat ini, sesungguhnya Allah akan menerima taubatmu dan mengampuni dosamu. Ucapkan olehmu:
اللّهم إني أسالك بحق محمّد وآل محمّد، سبُحانك لا إله إلاّ أنت، عملت سوءاً وظلمت نفسي، فتب عليّ إنك أنت التواب الرحيم، اللّهم إني أسألك بحق محمّد وآل محمّد، عملت سوءاً وظلمتُ نفسي فتُب عليّ إنك أنت التواب الرحيم
Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad. Maha Suci Engkau tiada Tuhan kecuali Engkau, aku telah melakukan kesalahan dan menzalimi diriku, maka terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Menyayangi. Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad, aku telah melakukan kesalahan dan menzalimi diriku, maka terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Menyayangi.

Kemudian Rasulullah saw bersabda: “kalimat-kalimat inilah yang diterima oleh Adam.” (Kanzul ‘Ummal 1: 234, hadis ke 4237)

Hadis tersebut dengan segala macam redaksinya juga terdapat di dalam kitab:
1. Manaqib Ali bin Abi Thalib, Al-Maghazili Asy-Syafi’i, halaman 63, hadis ke 89.
2. Yanabi’ul Mawaddah, Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman 97 dan 239, cet. Islambul; halaman 111, 112, 283, cet. Al-haidariyah.
3. Muntakhab kanzul ‘Ummal, Al-Muntaqi Al-Hindi (catatan pinggir) Musnad Ahmad bin Hambal, jld 1, hlm 419.
4. Al-Ghadir, Al-Amini, jilid 7, halaman 300.
5. Ihqaqul Haqq, At-Tustari, jilid 3, halaman 76.


oleh: Syamsuri Rifai
http://tafsirtematis.wordpress.com/2008/07/15/surat-al-baqarah-37/

Rabu, 09 Desember 2009

50 Ribu Tahun Tunggu Sidang

Tokoh penuh hikmah Luqmanul Hakim pernah menasihati anaknya. ”Anakku, hiduplah untuk duniamu sesuai porsi yang Allah berikan. Dan hiduplah untuk akhiratmu sesuai porsi yang Allah berikan.” Tak seorangpun tahu berapa lama jatah hidupnya di dunia fana ini. Ada yang mencapai 60, 70 atau 80-an tahun. Ada yang bahkan berumur pendek. Wafat saat masih muda beliau. Yang pasti tak seorangpun bisa memastikan porsi umurnya di dunia. Pendek kata Wallahu a’lam, Allah saja yang Maha Tahu.

Adapun jatah hidup kita kelak di akhirat adalah tidak terhingga. Kita insyaAllah bakal hidup kekal selamanya di sana.

خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

Alangkah senangnya bila hidup kekal tersebut dipenuhi dengan kenikmatan surga. Namun, sebaliknya, alangkah celakanya bila kehidupan abadi tersebut diisi dengan siksa neraka yang menyala-nyala. ”Ya Allah, kami mohon kepadaMu surgaMu dan apa-apa yang mendekatkan kami kepadanya, baik ucapan maupun perbuatan. Ya Allah, kami berlindung kepadaMu dari siksa nerakaMu dan apa-apa yang mendekatkan kami kepadanya, baik ucapan maupun perbuatan.”

Artinya, jika kita bandingkan lama hidup di dunia dengan di akhirat, maka jatah hidup di dunia sangatlah sedikit. Sedangkan hidup manusia di akhirat sangat luar biasa lamanya. Praktis, hidup manusia di dunia seolah zero time (nol masa waktu) dibandingkan hidup di akhirat kelak. Wajar bila Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sampai mengibaratkan dunia bagai sebelah sayap seekor nyamuk. Artinya sangat tidak signifikan. Dunia sangat tidak signifikan untuk dijadikan barang rebutan.

Orang beriman kalaupun turut berkompetisi atau berjuang di dunia hanyalah sebatas mengikuti secara disiplin aturan main yang telah Allah subhaanahu wa ta’aala gariskan. Mereka tidak mengharuskan apalagi memaksakan hasil. Sehingga bukanlah menang atau kalah yang menjadi isyu sentral, melainkan konsistensi (baca: istiqomah) di atas jalan Allah. Berbeda dengan orang-orang kafir dan para hamba dunia lainnya. Mereka tidak pernah peduli dengan aturan main Allah subhaanahu wa ta’aala. Yang penting harus menang. Prinsip hidup mereka adalah It’s now or never (Kalau tidak sekarang, kapan lagi...?!). Sedangkan prinsip hidup orang beriman adalah If it’s not now then it will be in the Hereafter (Kalaupun tidak sekarang, maka masih ada nanti di akhirat). Sehingga orang beriman akan selalu tampil elegan, tidak norak ketika terlibat dalam permainan kehidupan dunia. Sebab kalaupun ia kalah di dunia, ia sadar dan berharap segala usahanya yang bersih tersebut tidak menyebabkan kekalahan di akhirat. Sementara kalau ia menang di dunia ia sadar dan berharap segala amal ikhlasnya bakal menyebabkan kemenangan di akhirat yang jauh lebih menyenangkan.

50 ribu tahun semua menunggu giliran diperiksa pengadilan di akhirat

Di antara perkara yang selalu membuat orang beriman berlaku wajar di dunia adalah ingatannya akan hari ketika manusia dibangkitkan. Saat mana setiap kita bakal dihidupkan kembali dari kubur masing-masing lalu dikumpulkan di Padang Mahsyar. Tanpa pakaian apapun di badan dengan matahari yang jaraknya sangat dekat dengan kepala manusia. Seluruh manusia bakal hadir semua sejak manusia pertama, Adam alaihis-salaam, hingga manusia terakhir. Semua menunggu giliran diperiksa dan diadili orang per orang. Sebuah proses panjang serta rangkaian episode harus dilalui sebelum akhirnya tahu apakah ia bakal senang selamanya di akhirat dalam surga Allah ataukah sengsara berkepanjangan di dalam api neraka. Proses panjang tersebut akan berlangsung lima puluh ribu tahun sebelum jelas bertempat tinggal abadi di surgakah atau neraka. Laa haula wa laa quwwata illa billah...! Begitulah gambaran yang diberikan oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ صَاحِبِ كَنْزٍ لَا يُؤَدِّي حَقَّهُ إِلَّا جُعِلَ صَفَائِحَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جَبْهَتُهُ وَجَنْبُهُ وَظَهْرُهُ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بَيْنَ عِبَادِهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ ثُمَّ يُرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ (أحمد)

Abu Hurairah r.a.berkata bahwa, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang pun pemilik simpanan yang tidak menunaikan haknya (mengeluarkan hak harta tersebut untuk dizakatkan) kecuali Allah akan menjadikannya lempengan-lempengan timah yang dipanaskan di neraka jahanam, kemudian kening dan dahi serta punggungnya disetrika dengannya hingga Allah SWT berkenan menetapkan keputusan di antara hamba-hambaNya pada hari yang lamanya mencapai lima puluh ribu tahun yang kalian perhitungkan (berdasarkan tahun dunia). (Baru) setelah itu ia akan melihat jalannya, mungkin ke surga dan mungkin juga ke neraka.” (HR Ahmad 15/288)

Sungguh, suatu hari yang sulit dibayangkan! Apalagi -karena matahari begitu dekat dari kapala manusia- selama hari itu berlangsung manusia bakal basah dengan keringat masing-masing sebanding dosa yang telah dikerjakannya sewaktu di dunia. Ada yang keringatnya hanya sampai mata kakinya. Ada yang mencapai pinggangnya. Ada yang mencapai lehernya. Bahkan ada yang sampai tenggelam dalam keringatnya. Hari itu sedemikian menggoncangkan sehingga para sahabatpun sempat resah. Mereka meminta kejelasan kepada Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana akan sanggup melewati hari yang begitu lamanya, yakni hingga lima puluh ribu tahun. Maka Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menenteramkan hati mereka dengan menjanjikan adanya dispensasi khusus dari Allah subhaanahu wa ta’aala bagi orang beriman pada hari itu:

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ مَا أَطْوَلَ هَذَا الْيَوْمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهُ لَيُخَفَّفُ عَلَى الْمُؤْمِنِ حَتَّى يَكُونَ أَخَفَّ عَلَيْهِ مِنْ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ يُصَلِّيهَا فِيَّ الدُّنْيَا(أحمد)

Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw:”Sehari seperti lima puluh ribu tahun… Betapa lamanya hari itu!” Maka Rasulullah saw bersabda:”Demi jiwaku yang berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya hari itu dipendekkan bagi mu’min sehingga lebih pendek daripada sholat wajibnya sewaktu di dunia.” (HR Ahmad 23/337)

Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang beriman sejati sehingga kami sanggup menjalani hari yang tidak ada naungan selain naunganMu. Amin.-

http://walausetitik.blogspot.com/search/label/50ributahun

Ayat Sedekah

S U R A T A L - B A Q A R A H

2:263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

2:271. Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

2:276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

S U R A T A N - N I S A '

4:114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

S U R A T A T - T A U B A H

9:79. (Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.

S U R A T A L - M U J A D I L A H

58:12. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

58:13. Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


sumber:http://maurizasuryapesona.blogspot.com

Menafkahkan Harta

S U R A T A L - B A Q A R A H

2:3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

2:245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

2:261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

2:262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

2:264. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

2:274. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

S U R A T A L - I M R O N

3:17. (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.

3:92. Kamu sekali-kali tidak sampai kepadakebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

3:134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

S U R A T A N - N I S A '

4:34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

4:38. Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.

4:39. Apakah kemudaratannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.

S U R A T A L - M A A I D A H

5:64. Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.

S U R A T A L - A N F A A L

8:3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

8:36. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan,

S U R A T A T - T A U B A H

9:54. Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.

9:121. dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

S U R A T A R - R A ' D U

13:22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),

S U R A T I B R A H I M

14:31. Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau pun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.

S U R A T A L - N A H L

16:75. Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.

S U R A T A L - H A J J

22:35. (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.

S U R A T A S - S A J A D A H

32:16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

S U R A T F A T H I R

35:29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

S U R A T A S Y - S Y U U R A

42:38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

S U R A T M U H A M M A D

47:38. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).

S U R A T A L - H A D I D

57:7. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

57:10. Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

S U R A T A L - L A I L

92:18. yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,

sumber:http://maurizasuryapesona.blogspot.com

Indahnya Sedekah

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinja­man yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Al­lah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Baqarah 2:245)

Karena berstatus pinjaman, maka shodaqoh akan mendapat pengganti berlipat-lipat sampai 700 kali dari harta yang kita shodaqohkan
Dalam ayat ini Allah SWT mengistilahkan shodaqoh dengan pinjaman. Ini memberi pengertian bahwa uang yang dikeluarkan untuk shodaqoh di jalan Allah SWT itu sesungguhnya tidaklah hilang, tetapi di-simpan dalam catatan Allah, yang nanti akan dikembalikan dengan berlipat ganda.

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinja­man yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Al­lah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah 2:245)

Indahnya shodaqoh dalam Al-Qur’an dan Hadits
1. Shodaqoh bisa mengantarkan ke surga. Firman Allah :
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara sembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran ter­hadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah 2:274). Yang dimaksud pahala di sisiNya ialah di surga.

2. Shadaqoh yang dikeluarkan di jalan Allah, akan di-lipatgandakan sampai 700 kali lipat. Firman Allah SWT :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa de-ngan se­butir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2:261) Menafkahkan harta di jalan Allah meliputi semua aktifi­tas agama, membangun masjid, sekolah dan lainnya.

3. Bershodaqoh termasuk sifat orang yang bertaqwa.
Firman Allah SWT :
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang dise­diakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sem­pit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran 3:133-134)

4. Harta yang dishodaqohkan akan diganti oleh Allah. Firman Allah SWT :
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ 34:39)

5. Shodaqoh yang paling utama ialah saat harta masih dibutuhkan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah :
“Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. : Ya Ra­sulullah, shodaqoh apakah yang paling utama? Beliau bersabda: (Shodaqoh yang ketika) engkau bershodaqoh itu dalam keadaan sehat lagi pula masih sayang (kepada apa yang engkau sedekahkan itu), dimana engkau dalam keadaan khawatir jatuh miskin dan se­dang memikirkan kekayaan. Janganlah engkau menunda-nunda (bersedekah) hingga ruh telah sampai di tenggorokan (sekarat) lalu engkau berwasiat: Ini untuk si Fulan sekian dan untuk si Fulan sekian, padahal (pada saat itu hartamu) sudah pindah hak kepada Fulan (ahli waris).” (HR. Bukhari no. 2543)

6. Orang yang bershodaqoh dengan maksud untuk melapangkan hidup orang mukmin di dunia, kelak di akhi­rat akan dilapangkan oleh Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa melapangkan seorang muk­min dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan-kesusahan hari kiamat, dan barangsiapa meringankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutupi (cacat) seorang mus­lim, maka Allah akan menutupi (cacatnya) di dunia dan akhirat, dan Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang se­lama orang tersebut suka membantu sauda­ranya..” (HR. Muslim no. 4867)

7. Harta yang dikeluarkan sho-daqohnya tidak akan berkurang, bah­kan akan ditambah oleh Allah. Rasu­lullah SAW bersabda :
“Harta itu tidak akan berkurang karena dishodaqohkan, Allah tidak akan menam­bah seorang hamba yang suka memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang itu berlaku tawadhuk karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)

8. Orang yang suka bershodaqoh de-ngan ikhlas akan mendapat naungan pada hari kiamat di padang mahsyar. Rasulullah saw. bersabda :
“Ada tujuh golongan yang nanti pada hari kiamat akan mendapat naungan dari Allah di saat itu tidak ada naungan kecuali ha-nya naunganNya, yaitu:1.Imam/pemimpin yang adil, 2.Pemuda rajin beribadah kepada Allah, 3. Seseorang yang hatinya tertambat di masjid, 4. Dua orang yang saling men­cintai karena Allah, berkumpul karena Al­lah dan berpisah karena Allah, 5. Seorang lelaki yang diajak (berzina) seorang wanita yang mempunyai jabatan dan cantik, lalu ia menjawab “Sesungguhnya aku takut ke­pada Allah,” 6. Seorang yang bersedekah kemudian merahasiakannya, sampai-sampai (ibarat) tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan 7. Seorang yang selalu ingat (berdzikir) kepada Allah di waktu sendirian, hingga berlinangan air matanya.” (HR. Bukhari no. 1334)

Demikian sebagian indahnya dan mulianya orang yang suka bersedekah. BErsedekah dikala lapang terlebih disaat sempit. Namun, banyak dari kita yang masih sangat berat untuk bersedekah karena ketakutan akan berkurangnya harta. Padahal, telah nyata janji Allah bagi mereka yang suka membelanjakan hartanya atau bersedekah pada sesa­ma.

Bahagialah orang yang ahli shodaqoh. Semoga kita dijadikan oleh Allah orang yang termasuk ahli shodaqoh. ....aamiin. •
by:www.muzakki.com.